Setiap Orang Punya Lukanya Masing-Masing

Sebelumnya, aku mau ngucapin 'turut berduka-cita dulu' untuk wafatnya salah satu komedian Indonesia, Olga Syahputra, kemarin sore di Singapura. Rest in peace, we'll always remember you...


 .

Alm. Olga Syahputra adalah salah satu komedian Indonesia pertama yang aku tahu selain Warkop DKI. Tapi, walaupun gitu, jujur aku jarang banget nonton acara yang dia bawain (seperti Dahsyat). Selain karena emang jarang nonton televisi, aku juga... well, agak keganggu sama teguran KPI untuk Olga (pernah kan?) karena bercandaan Olga yang kadang 'nyelekit'.

Nah, setelah itu, aku gak pernah lihat Olga di televisi lagi, sampai akhirnya ada liputan kalau Olga lagi berjuang ngelawan meningitis dan penyakit kelenjar getah bening yang dia derita.

Tapi, sekitar dua atau tiga tahun yang lalu, salah satu stasiun televisi swasta pernah nyiarin liputan tentang masa lalu Olga. Dulu, hidupnya Olga itu pas-pasan. Dia kenal dengan dunia entertainment karena lingkungan rumahnya yang sederhana sering dijadiin tempat shooting. Dulu dia sering mengamati aktor/artis itu pas shooting, dan akhirnya dia malah sering dimintain tolong oleh kru/aktor/artis untuk beliin jajanan di warung.

Setelah itu, dia pernah jadi asisten salah satu penyanyi terkenal (maaf, lupa namanya), sampai akhirnya dia ditawarin 'main' di Lenong Bocah. Tapi dia gak bisa langsung 'main' di sana, karena sebelumnya dia harus masuk ke sanggar dulu. Nah, karena untuk daftar ke sanggar itu perlu biaya, akhirnya dia terpaksa ngejual kulkasnya :')

.

Setelah nonton itu, aku beneran respect sama Olga. Apalagi, setelah Olga sukses, dia selalu bantuin orang-orang susah di sekitarnya karena dia udah tahu rasanya hidup susah. Dia gak mau ada orang yang ngerasain kesulitan lain. :') 

.

Selain itu, aku juga pernah baca berita di internet kalau beberapa waktu sebelum Olga berobat ke Singapura, Olga selalu maksain dirinya sendiri untuk terus ngelawak di acara-acara televisi, sampai akhirnya dia bener-bener gak kuat. 

Nah, setelah tadi malam sempat 'merenung', tiba-tiba aku sadar dan peduli tentang suatu hal yang dulu selalu aku remehin: semua orang punya masalahnya sendiri-sendiri, tapi gak semua orang mau mengeluh dan nunjukin betapa capeknya dia dengan masalah itu. 

Alm. Olga, yang notabene selalu heboh dan ramai di layar televisi, ternyata lagi berusaha-keras untuk ngelawan sakit yang dia derita.

Selain Olga, ada juga guruku (gak usah sebut nama, ya) yang selalu aktif, ceria, talkative, sekaligus galak (hehe) pas ngajar, tapi ternyata dua hari terakhir ini dia gak bisa ngajar di kelas karena lagi 'berkutat' dengan penyakit kanker payudara.  

Ada almarhumah kakak kelasku yang tiga-tahun lalu jadi korban kebakaran. Katanya, sebelum kakak-kelasku ini meninggal (lagi dirawat di RS), semua teman-temannya nangis pas jenguk dia. Tapi dia hanya senyum dan nulis kalimat ini di kertas: "Gak usah nangis. Aku gak apa-apa, kok." 

Ada temanku yang pernah kena bullying sampai dia stres. Kalau orang lain nanya: "Kamu gak apa-apa?", pasti dia bakalan senyum sambil ngejawab: "Gak apa-apa, kok. Gak ada apa-apa." 
Hell. She said that she was fine, tapi ternyata, sekarang dia tumbuh jadi remaja yang insecure sama dirinya sendiri. 

Ada temanku yang sempat punya masalah broken home. Dia senyum, bilang kalau dia gak apa-apa (dan dia gak peduli), tapi aku tahu kalau dia bener-bener kangen sama suasana rumah yang anggotanya lengkap. Dia kangen rumah yang ada ayah, ibu, dan saudara-saudaranya. 

Banyak temanku yang udah yatim/piatu sejak mereka kecil. Bahkan ada temanku yang waktu kecil bersikeras kalau ayah/ibunya gak bisa tinggal sama dia lagi karena harus kerja, tapi sebenernya ayah/ibunya itu udah meninggal. Dan dia baru tahu tentang 'kepergian' ayah/ibunya itu pas dia udah remaja.
Salah satu temanku juga pernah ngaku kalau dia masih sering ngeliatin foto ayahnya yang udah meninggal, terus nangis diem-diem sambil nanya: "Ayah, kapan pulang? Aku, ibu, kakak, dan adik capek nungguin Ayah...."

.

Ya. Emang sedih banget. But, that's life. 

Setiap orang punya lukanya masing-masing. Ada yang langsung pulih, tapi ada juga yang butuh waktu. Ada yang langsung 'gembira' lagi, tapi ada juga yang terpaksa tersiksa karena luka itu gak sembuh-sembuh. 

Tapi, seperih apa pun luka kita, kita harus tetap percaya: pada akhirnya, pasti ada jalan. Pasti ada 'obat' untuk rasa sakit itu.

Perhaps, all we have to do is enjoy our problem(s). Oh, don't forget to smile, find your solution, (sometimes) and............. wait. 

Cause time heals every wound. 

Comments

  1. saya dulu juga termasuk orang yang suka mikir, ih kok dia gini sih, si itu kok gitu sikapnya, dll. tapi seiring waktu, akhirnya sadar, tiap orang punya alasan dengan apa yang perbuat. yang terlihat di depan kita, belum tentu itu yang memang sebenarnya. dari situ saya belajar buat mencoba paham dan lebih care ke orang-orang di sekitar saya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wih komentarnya dalem :') bener banget Kak :'') makasih banyak karena udah mampir ya :)

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Contact Me

About Me: The New Version

#1 Proses Novel "Inikah Rasanya Cinta"