Posts

Showing posts from March, 2015

He Doesn't Want Someone Better

Sebagai jomblo high-quality yang baik, aku gak pernah ngeledekin temen-temenku yang punya pacar. Aku juga gak pernah sengaja ’berkeliaran’ di malam minggu untuk gangguin orang-orang pacaran, gak pernah berdoa ke Tuhan supaya hujan turun pas malam minggu itu, dan gak pernah minta PJ (Pajak Jadian) tiap kali ada temen yang punya pacar baru. Aku tetap baik kok ke mereka. Bahkan, temen-temenku yang punya pacar (atau cuma gebetan) malah sering ngejadiin aku tempat curhat mereka. Mereka sering curhat dan minta saran tentang masalah love story mereka ke aku -_- ya, mereka emang ’salah orang’. Apa gunanya minta saran untuk love problem(s) ke orang yang lagi jomblo ( baca: single ) kayak aku? Tapi gak apa-apa, kok. Aku selalu suka dengerin cerita love story mereka karena… well , lucu aja. Cerita mereka itu ’beragam’, unik, nge-drama, dan kadang alay banget hahaha. Ada cerita tentang cinta monyet, cinta agak monyet, cinta yang-nyaris-gak-monyet, sampai first love yang bener-bener lov

Anugerah Tuhan

Image
Kalau ada yang nanya ke aku tentang bagian dari diriku yang paling aku suka, pasti aku jawab: mata . Mataku itu bunder. Belok . Bahkan, waktu aku lahir, mukaku yang kecil itu seolah ketelen sama bentuk mataku yang gede banget (kata Eyang-ku, lho). Well, awal-awalnya, mataku emang nyeremin. Apalagi kalau lagi melotot. Tapi lama-kelamaan, banyak yang suka ngeliat mataku (ini kata orang lain, lho). Well , mataku emang jernih dan bulu-mataku emang  agak lentik (jadi enak dilihat) (ini masih kata orang lain, lho). Hehe.... Tapi ternyata kecantikan mataku (halah) punya batas kadaluwarsa. . Suatu hari, waktu aku masih TK, mataku tiba-tiba gatel banget dan jadi merah. Akhirnya, aku ke dokter mata dan dikasih obat-obatan sama dokter itu. Tapi mataku tetap gak sembuh-sembuh.  Akhirnya aku ganti dokter. Waktu itu aku masih kecil dan dodol banget, jadi gak ngerti apa-apa. Tapi aku masih inget kalau dokterku waktu itu laki-laki, udah tua, badannya besar, dan (maaf) kayaknya mirip s

Setiap Orang Punya Lukanya Masing-Masing

Sebelumnya, aku mau ngucapin 'turut berduka-cita dulu' untuk wafatnya salah satu komedian Indonesia, Olga Syahputra, kemarin sore di Singapura.  Rest in peace, we'll always remember you...  . Alm. Olga Syahputra adalah salah satu komedian Indonesia pertama yang aku tahu selain Warkop DKI. Tapi, walaupun gitu, jujur aku jarang banget nonton acara yang dia bawain (seperti Dahsyat). Selain karena emang jarang nonton televisi, aku juga... well , agak keganggu sama teguran KPI untuk Olga ( pernah kan ?) karena bercandaan Olga yang kadang 'nyelekit'. Nah, setelah itu, aku gak pernah lihat Olga di televisi lagi, sampai akhirnya ada liputan kalau Olga lagi berjuang ngelawan meningitis dan penyakit kelenjar getah bening yang dia derita. Tapi, sekitar dua atau tiga tahun yang lalu, salah satu stasiun televisi swasta pernah nyiarin liputan tentang masa lalu Olga. Dulu, hidupnya Olga itu pas-pasan. Dia kenal dengan dunia entertainment karena lingkungan rumahnya

Pulpen Seharga 19.000

Temen sebangkuku (sebut nama gak, ya?) pernah cerita kalau dia sering bertengkar sama kakak laki-lakinya tentang belanjaan mereka tiap kali mereka berdua belanja di  supermarket . Sebenernya, yang bikin mereka bertengkar itu cuma satu hal: Hubungan antara harga barang yang mau mereka beli dengan jumlah uang yang mereka bawa. Menurut cerita, mereka berdua sering ngalamin: (1) Tiap udah selesai belanja dengan tenang  (gak bertengkar) dan mau bayar belanjaan (yang seabrek-abrek) di kasir, uangnya kurang . atau (2) Pas belanja sambil bertengkar hebat tentang barang-barang mana yang paling murah dan paling penting (mereka nyeleksi barang-barang dulu sebelum ke kasir), ternyata uangnya kelebihan (ada kembaliannya). Lol. Hahahaha. Tiap kali diceritain tentang ini, aku sih ketawa aja sampai mampus. Aku gak pernah kepikiran kalau suatu hari nanti aku bakal ngalamin hal kayak gitu (apalagi 'uang kurang pas udah di kasir', karena (1) aku selalu belanja sendirian (2) aku selal

Komedo

Image
Oke, sebelum lanjut baca postingan ini, kalian perlu tahu kalau artikel ini gak membahas  how to atau tutorial seperti 'gimana cara ngilangin komedo', gimana cara membasmi komedo', 'gimana supaya wajah mulus tanpa budget' , dan lain-lain karena: aku juga gak tahu, men . Kalau aku tahu, mesti aku udah jadi artis. Di postingan ini, aku lagi mau bahas tentang... .... ... ... ...hmm... apa ya? Aku juga gak ngerti, deh. Pokoknya berhubungan dengan judul. Kalau penasaran, silakan dibaca. . . Suatu hari, waktu lagi seru-serunya ngobrol sama Mulia dan Elisa, tiba-tiba Bimo muncul dan langsung manggil aku, "Ran."  Bimo adalah orang yang kelewat sering bercanda, makanya biasanya aku cuek aja kalau dia manggil. Paling mau minjem handphone (hah, malesin banget) atau nanya-nanya hal yang gak jelas gitu. Tapi, waktu itu, raut mukanya serius. Kujawab, "Apa?" Tiba-tiba dia ngorek hidung sambil ngeliatin bayangan dirinya sendiri di

Firasat?

Gabut, nih. According to calendar , sekolah diliburkan karena hari ini Hari Raya Nyepi. Enak sih, bisa istirahat. Tapi malah jadi gak tahu mau ngapain -_- karena itu, sekarang aku mau cerita tentang... well ... sesuatu yang sebenarnya gak jelas, tapi sumpah nyebelin . Judulnya: Firasat? (pakai tanda tanya).  . . Sekitar 3 bulan yang lalu, tepatnya bulan Desember tahun 2014, aku dan sekeluarga liburan ke Bali. Liburannya lumayan berkesan. Selain karena pergi ke tempat yang orang-orang beri label 'surga Indonesia', aku juga belum ketemu keluargaku selama... kurang-lebih 6 bulan.  Awal liburan, kami jalan-jalan ke Pantai Kuta, ke Legian (tengah malam, which is agak ngeri karena banyak bule-bule mabuk), ke Pantai Pandawa (walaupun cuma beli makan karena pasirnya putih banget dan silau, ganggu mata), ke Tanah Lot, dan lain-lain. Kami juga sempat main flying fish dan banana boat (walaupun cuma sebentar).  Tapi itu cuma sehari karena ternyata kami semua nganggap itu.

Anonim

Image
Anonim Oleh Narani Widodo Semacam fanfiction dari novel "Inikah Rasanya Cinta" (( Shilla )) Udah sebulan lebih gue gak bertegur-sapa dengan dia. Iya, yang gue maksud itu dia. Cowok dingin, jutek, dan sok sempurna itu. Cowok yang sangat berbakat dalam bidang tulis-menulis itu. Cowok yang keren (gue akuin dengan berat hati), tapi childish -nya minta ampun itu. Oke, dia punya nama. Namanya adalah Raka Putraderianto Wirajaya. Temen-temen sering manggil dia dengan first name -nya, tapi tidak dengan gue karena gue punya banyak nama panggilan untuk dia. Beberapa di antaranya adalah 'Beruang Kutub Ngamuk', 'Manusia Eskimo yang Tersesat', dan 'Tukang Odong-Odong'. Tapi itu dulu, waktu kami masih sering bertengkar ( anyway , pertengkaran abal-abal itulah yang malah bikin gue deket sama dia), waktu kami masih tergabung dalam ekstrakurikuler yang sama (Jurnalistik Mading Sekolah), dan... waktu dia belum nyatain perasaannya ke gue. ......