Harry Potter Fanfiction: Why?
Oke jadi ini adalah... salah satu fanfiction-ku yang... paling aku suka (bukan yang paling bagus lho ya). Fanfiction ini masuk di fandom Harry Potter (seperti semua fic-ku yang lain), genre-nya... apa ya? Teen romance kayaknya bisa. Dan intinya: Pernah ku-publish di www.fanfiction.net akun aniranzracz.
Kenapa aku nge-post ini? Ya gak apa-apa, dong. Sebelum internet jadi susah lagi, puas-puasin nge-post dulu gitu.
Check it.
.
.
Jadi gimana?
Kenapa aku nge-post ini? Ya gak apa-apa, dong. Sebelum internet jadi susah lagi, puas-puasin nge-post dulu gitu.
Check it.
.
.
Why?
© aniranzracz
Harry Potter © JKR
.
Kadang kita tidak mengerti
Kenapa kita mencari cinta sampai ke ujung dunia, padahal
cinta sudah ada di hadapan kita?
\ [ ._. ] /
“...aku tahu kau pasti suka,” kata Rose sambil tersenyum.
“Bianglala tidak seburuk itu, kok. Hugo saja yang membesar-besarkan hal itu. Kita
bisa pergi ke sana, membeli puluhan karcis agar kita tidak turun sampai kita
puas, dan menikmati pemandangan dari atas sana. Kau tidak takut ketinggian, kan?”
Scorpius diam saja.
“Scorp?” tanya Rose lagi. Ia menepuk punggung Scorpius
pelan. “Scorpius?”
Lalu Scorpius berbalik, menatap Rose dengan kekagetan
setelah Rose menepuk punggungnya. “Hm? Ada apa?”
Lagi. Lagi-lagi Scorpius tidak memperhatikan.
Tapi Rose hanya mengambil napas panjang. Berusaha sabar.
Lalu ia mengulang penjelasannya dari awal, “Sekarang liburan, kita bisa pergi
berdua naik bianglala, di...”
.
“Akhirnya kau bisa juga naik sepeda,” kata Rose senang.
Mereka berdua, Rose dan Scorpius, sedang berboncengan naik
sepeda. Mereka sedang menuju tempat permainan Bianglala yang Rose jelaskan
tadi. Scorpius, yang Pure-blood dan
tidak mengerti Muggle, berhasil mengendarai sepeda karena diajari oleh Al.
“Aku tahu sebenarnya
Al berbakat jadi guru! Kau saja, yang seumur hidup hanya tahu naik sapu, bisa
dengan cepat diajari oleh Al! Yeah,
aku yakin Al berbakat karena nama yang ia sandang. Albus dan Severus. Nama dua
orang yang berprofesi sebagai guru sekaligus pahlawan yang cerdas. Nama itu
harapan, kan? Doa, sebenarnya—”
“Awan itu bagus,” timpal Scorpius tidak nyambung.
Rose, yang senang karena Scorpius menyahut walaupun tidak
nyambung, langsung antusias. Scorpius jarang bicara lagi setelah Lily pergi
meninggalkannya. Walaupun Rose akhirnya datang dan menemani Scorpius—ngomong-ngomong
mereka tidak pacaran.
“Mana? Awan yang mana?” tanya Rose antusias.
Scorpius menunjuk salah satu awan sambil berusaha mengontrol
sepeda agar tidak oleng.
Rose tersenyum dan melihat awan itu, awan yang ditunjuk
Scorpius. Tapi kemudian senyumnya lenyap.
Awan yang ditunjuk Scorpius adalah awan putih terang—karena
cuaca hari itu cerah—yang berbentuk... entah apa. Tapi di mata Rose, awan itu
kelihatan seperti bentuk muka—berikut rambutnya yang dikuncir dua—seorang gadis
yang mirip dengan Lily.
Entah kenapa awan ajaib tersebut bisa ada.
Rose terdiam lesu. Ia hanya bisa diam dan memeluk Scorpius
dari belakang.
.
Rose—walaupun masih sedih karena peristiwa saat Scorpius
memboncengnya tadi—berusaha tersenyum. Setulus mungkin, walaupun pasti kilasan
kekecewaan masih ada dalam dirinya. “Bagaimana? Bianglala ini mengasyikkan,
kan? Lihat, kita bahkan bisa melihat The
Burrow dari sini!”
“The Burrow kan
dekat,” sahut Scorpius singkat.
Rose masih tetap tersenyum. “Memang. Tapi, paling tidak,
rumah Grandma kelihatan, kan?”
“Yeah.”
Rose, walaupun masih tersenyum, akhirnya diam. Tidak tahu
apa yang bisa ia bicarakan lagi setelah ini. Rasanya, bicara dengan Scorpius
sama dengan bicara dengan angin. Jarang ada respon yang memuaskan. Tetapi Rose
akan tetap berusaha.
Bianglala yang mereka gunakan perlahan-lahan membawa mereka
ke bagian paling atas. Lalu bianglala terhenti sebentar.
“Lihat!” seru Rose berdiri antusias sambil menunjuk daerah-daerah
di bawah mereka. “Kita bisa melihat tempat kita bermain Quidditch—walaupun aku
tidak bisa bermain Quidditch, toko permen Uncle Toad—oh aku rindu permennya,
dan—”
Belum selesai Rose bicara, Scorpius sudah menunjuk satu
daerah. “Makam Lily.”
Rose terdiam.
Bianglala kembali berputar. Rose dan Scorpius duduk dalam
diam.
Diam-diam Rose memperhatikan Scorpius yang melihat-lihat
pemandangan di luar, tanpa sekalipun memperhatikan Rose.
Sudah berbulan-bulan Lily pergi
dan banyak perempuan yang mengejar Scorpius. Tapi kenapa Scorpius masih mencari
cinta itu? Kenapa ia masih menunggu Lily?
Kenapa Scorpius masih mencari cinta, sampai ke langit
ketujuh, padahal cinta sudah ada di hadapannya saat ini?
Kadang Rose tidak mengerti mengapa.
\ [ ._. ] /
FIN
Comments
Post a Comment