Minggu Keempat dan Kelima di Jerman (AFS Indonesia - Jerman 2016/2017)



Bukan minggu keempat. Bukan juga minggu kelima. Tapi minggu keempat dan kelima.

Kenapa digabung? Karena aku sibuk. He he. 

Kagak ketang. Sibuk apaan. Digabung karena (1) I had no much time to stay in the internet, (2) lagi jenuh nulis, nih. Mungkin karena yang baca dikit (kagak ketang. Lagi males aja. It is hard to have routinity) (tapi please atuhlah bantu share biar yang baca banyak he he he).

1

Pada suatu hari, kalau nggak salah hari Senin, grup WhatsApp kelasku ngebahas sesuatu pakai bahasa Jerman tentang pelajaran Bahasa Inggris. Aku bacanya sambil sarapan, jadi agak nggak fokus dan malas buka kamus. Aku (yang sotoy) ini akhirnya berasumsi, kayaknya temen-temen lagi bahas PR English, deh. 

Tapi PR apa, nya'? 

Asa nggak ada? 

Ah, baelah nanti weh dikerjain pas freetime.

Karena udah jam tujuh (jarak antara rumah dan sekolahku itu 15 kilometer, dan sekolahku masuk jam delapan), akhirnya aku nggak sempat buka handphone dan langsung buru-buru jalan ke halte bis dekat rumah setelah sarapan. 

Jalanan gelap banget karena matahari belum terbit! Mana aku masih agak ngantuk, lagi. It would be very great If I could stay in bed a little bit longer. 

Tapi nggak bisa, hue. Aku harus rajin sekolah! (mantap, kan).

Eh tapi pas sampai di sekolah... kok kelasku kosong?

Cuma ada satu orang temenku di sana. Namanya Siwon (aku nggak tahu gimana cara ngeja namanya dengan bener. Pokoknya panggil aja dia Siwon).

Siwon kelihatan bete banget. Dia duduk sendirian di lantai sambil meluk mantel. 

Aku nanya, "Kamu kenapa? Dan temen-temen yang lain mana?"

"Nggak ada. Jam pertama (Bahasa Inggris) diliburin, jadi temen-temen datangnya nanti siang," kata dia dengan nada jengkel. "Aku nggak sempat buka handphone, jadi nggak tahu."

WHAT THE...

TERNYATA INI YANG TADI PAGI TEMEN-TEMEN BICARAIN DI WHATSAPP.

MANTAP.

Kesimpulan: Bahasa Jerman itu penting. 

2

Aku mau cerita tentang... first snow!

Pemandangan dari halte bis BBS III

Tanggal tujuh November (sehari sebelum first snow), temenku (namanya Madita) tiba-tiba ngomong, "Rani, morgen haben wir Schnee!" (Rani, besok ada salju, lho!)

Aku (yang kampungan ini) seneng, dong. "Wirklich?!" (Sumpe lo?")

"Ja, glaube ich."

Tiba-tiba dua orang temenku yang lain, namanya Lotta dan Jossa, nimpalin dengan nada ragu, "Ich glaube nicht (menurutku nggak). Ini masih awal November. Normalnya, salju muncul minggu depan atau dua minggu lagi. Lagipula suhu sekarang nggak dingin. Masih 0 derajat."

Dalam hati, aku ngomong, kagak dingin gundulmu, Mbak....

Tapi nggak mungkin, dong, aku ngomong 'gundulmu'. Akhirnya aku balas, "Oh, ya udah."

Tadinya aku masih berharap kalau Madita bener. Tapi pas aku cerita tentang perkiraan salju ke host mother-ku, host mother-ku juga nggak percaya kalau besok ada salju. Akhirnya harapan itu pupus, deh. Sedih yak. 

Eh tapi besoknya...

Aku bangun jam setengah enam pagi, shalat subuh, terus bukain jendela kamar supaya ada pergantian udara (kebiasaan sebagian besar orang Jerman, walaupun suhu tadi malam udah jatuh ke minus lima. Edyan emang). Tapi aku nggak bisa lihat pemandangan apa pun di balik jendela karena masih gelap. 

Terus aku buka handphone. 

Eh ada chat dari tetanggaku, Laura.

 Lihat betapa kampungannya saya.

Tadinya aku nggak percaya kalau salju beneran ada. Eh, setengah jam kemudian, ternyata beneran ada!

My first photo of snow.

Bikin snowman, dong.

My host-mother is so beautiful!

Oh, God! I have never been this excited!

3

Aku dan Clara, host-sister-ku, jalan-jalan ke hutan dekat rumah pas masih autumn!

Kok bisa, ya, aku secantik ini



Host-sisku juga cantik, kan


Pamer sepatu baru, hehe (lalu dikampleng)


4

Laura, tetanggaku yang kuceritain tadi, ulang tahun kedelapan belas tanggal 31 Oktober beberapa hari yang lalu. Tapi karena hari itu adalah hari sekolah, jadi dirayainnya minggu depannya. 

Aku (yang baik ini) diundang, dong.

Tapi sebelum pergi ke pestanya, aku diwanti-wanti sama host-sister dan host-mother-ku. "Rani, pesta ulang tahun (apalagi yang kedelapan belas) di Jerman mungkin agak 'gila'. Mungkin ada alkohol dan hal-hal lain yang nggak terlalu baik."

"Kalem." Gimana minum alkohol, naik bis aja sempoyongan.

Then I went there. 

Dan... yak. Aku ditawarin alkohol sama temen-temennya Laura, tapi kadarnya dikit. Itu pun Laura langsung ngomong ke temen-temennya, "Nein. Sie trinkt kein Alcohol." (Jangan. Dia (aku) nggak minum alkohol."

Aku juga ditawarin spaghetti dengan bumbu daging. Sebelum aku sempat nanya daging apa itu (I can't eat pork, and sadly most of meat in Germany are pork), Laura langsung ngejelasin, "Alles gut. Es ist Kuh Fleisch." (Itu daging sapi, kok).

Aku senang sekaligus heran. Ini, nih, yang disebut pesta gila?

Gila apanya? Pesta paling manis dan sopan gini?




Tapi ternyata host mother dan host sister-ku bener. Pestanya emang gila (gak terlalu, sih).

Laura dipaksa main game berhadiah jersey ombrengan, celana dalem berenda dengan buntut kelinci, kacamata bunga-bunga gede, bando kelinci superbesar, sayap kupu-kupu norak (asli norak banget), dan tongkat peri. Di sesi kedua, dia dapat hadiah 18+ such as buku jokes dewasa. 

Laura langsung ngomong ke aku, "Rani, don't ever read this."

Aku senyum sok polos. "Don't worry. I will not read that." Bukan karena nggak mau, tapi karena kendala bahasa (jadi sebenernya mau) (KAGAK).

Yang paling bikin gila adalah, jam sepuluh malam, waktu suhu udah mendekati 0 derajat, temen-temennya Laura ngasih pacul (cangkul) dan peta ke Laura dengan santainya sambil ngomong, "Hadiah utamanya disembunyiin di suatu tempat. You need to find that, we will accompany you. Baca petanya baik-baik."

Aku nanya, "Jadi kita harus keluar?"

"Iya."

Kalau di halaman rumah, sih, nggak apa-apa. TAPI TURNED OUT HADIAHNYA DIKUBUR DI BAWAH TANAH. DI HUTAN. NYARIS TENGAH MALEM.  SUHU UDAH MULAI MINUS. LAURA PAKAI CELANA DALAM BERENDA BUNTUT KELINCI.



5

Di postingan sebelumnya, aku cerita tentang cokelat Milka yang menurutku enak banget (nggak tahu menurut kalian). Gurih, manisnya pas, cokelatnya gede, variasi rasanya banyak, dan harganya cuma 1 euro (kalau dirupiahin sekitar 15.000. Agak mahal, sih. Tapi worth it.).

Nah. Today, di Martini Markt (cuma ada setahun sekali di Lüneburg), I found heaven on Earth: KIOS COKELAT MILKA!

Banyak banget gila....

6

Hari Selasa, aku ikut pelajaran Matematika. Sebenarnya, aku agak suka Matematika (hoek). Bukan karena seru atau karena aku jago, tapi karena kalau dibandingin sama pelajaran lain kayak Fisika, Mathematic is much more makes sense (ya, I am really done with Physik).

Tapi, aku ngerasa kalau pelajaran Matematika SMA di Indonesia itu susah banget. Setiap pelajaran Matematika berlangsung, aku pasti ngerasa jadi manusia paling bego sedunia. That's why I don't really like it now. It's almost the same with Physik!

Tapi Matematika di Jerman itu gampang.

Asli. 

Pertama kali ngelihat soal dan rangkuman pelajaranya, aku mikir, are you guys really learning this in high school? Indonesian people are learning this in kindergarten, you know!

Kagak, deng. Yakali kindergarten. Orang-orang Indonesia belajar materi dasarnya pas SMP kelas satu, terus diperdalam lagi pas kelas satu SMA. Jadi aku, yang sekarang duduk di kelas tiga SMA, udah ngerti materinya. 

Eh kagak ngerti, deng. Jangankan pelajaran SMA kelas 1. Pelajaran yang baru diajarin kemarin aja lupa.

Itulah alasan kenapa pas guruku tiba-tiba nyuruh kami ngerjain empat soal di papan tulis, aku geregetan. Aku udah pelajarin materi ini pas kelas 1 SMA dulu, tapi kenapa aku lupa?!

Kezel?!?!?!?!?

Tapi aku yang rajin ini berusaha ngerjain semuanya, dong, walaupun yang bener-bener yakin cuma nomor 4 (nomor paling gampang). Nomor satu dan tiga agak susah, nomor dua susah (tapi aku ngerjain).

Lima belas menit kemudian, guruku ngomong, "Sekarang, maju ke depan kelas, ya, bagi yang mau. Tulis langkah-langkah pengerjaannya di papan tulis."

Aku ngomong dalam hati, wah, untuk ngebuktiin kalau Indonesia bisa dan pinter Matematika, aku mesti maju, nih (walaupun cuma ngerjain nomor empat yang gampangnya minta ampun)! 

Pas nomor satu, temenku Charlotte maju. Jawabannya salah dikit.

Pas nomor dua, KAGAK ADA YANG MAU MAJU.

Gurunya sampai ngomong, "Ayo, dong, masa nomor dua aja nggak bisa. Gampang ini."

YA IYALAH PAK GAMPANG BUAT BAPAK. 

Karena bapaknya mulai menunjukkan gejala 'nunjuk siswa secara paksa untuk ngerjain' (dan aku kekeuh pengin maju ngerjain nomor empat), aku sengaja pura-pura sibuk. Pura-pura nulis catatan Matematika superpenting di buku tulis (padahal mah nulis lirik lagu). 

E TAPI DASAR SIAL TETEP DONG BAPAKNYA NUNJUK AKU. 

"Yak, Rani, udah dikerjain, kan? Ayo maju, coba dikerjakan."

YA RABBI NAHA, SIH?

Because I had no choice, akhirnya aku maju. Setelah sebulan tinggal di Jerman, it was my first time ngerjain soal di depan papan tulis, jadi aku agak gugup. Mana temen-temenku pada ngeliatin dan senyum-senyum, lagi! 

Tapi baelah kerjain weh. Aku kudu kuat.

Akhirnya aku mulai nulis, kan, ya. 

EH TAPI, PAS BARU NULIS PERSAMAAN DAN RUMUS, LANGSUNG ADA YANG NGEKRITIK. 

GILA, YA.

PERTAMA YANG NGEKRITIK MADITA.

E TERUS HERRMAN IKUTAN.

Nggak apa-apa, sih. But I was really confused because they talked about Mathematic with German so fast and I could not get any word. Jadi tambah nervous!

Gurunya berusaha nenangin aku, "Alles gut, Rani."

Akhirnya aku tetap ngerjain, kan. Sambil deg-degan. Apalagi guruku ngernyitin dahi dan kelihatan bingung. Aku takut banget kalau dia sampai mikir, "Ni bocah belajar apa, sih, selama di Indonesia? Emangnya pendidikan di Indonesia separah ini?" (kurang nationalis apa, guys).  

E TERNYATA

TURNED OUT JAWABANKU BENER.

BANGGA, DONG.

Saking bangganya, pas aku balik ke kursiku lagi, aku ngerasa kayak pahlawan di film-film. Jalanku slow motion. Semua orang ngeliatin aku dengan kagum. Rambutku (in my case: kerudungku) kelihatan dramatis karena diterbangin angin. Lagu We Are the Champion dari Queen tiba-tiba ngalun, nggak tahu dari mana.

Dan kebanggaan itu makin besar waktu temenku ngomong, "Wow, you are professional at Math!"

"Danke schön (makasih)," kataku seneng. Tapi dalam hati aku ngebatin, "HAHAHAHA BELUM TAHU DIA AKU REMED MATEMATIKA PAK CIPTO BERAPA KALI."

7

Minggu lalu aku makan onde-onde, lho! 



Buat yang nanya kenapa onde-ondenya pakai saus kacang, please deh guys, ini onde-onde Jerman, kali. Jelas lebih classy *insert emot tersombong*

Anyway, hari ini aku seneng banget. Jadi tadi pagi aku makan beberapa slice pizza dengan brutal karena aku bener-bener kelaparan, terus temenku (yang tahu kalau aku penggemar fanatik cokelat Milka) teriak dengan nada jengkel, "RANI HOW COULD YOU EAT PIZZA AND CHOCOLATE SO MUCH EVERY DAY BUT NOT EVEN GAIN WEIGHT? I COULD NOT EVEN DRINK MINERAL WATER WITHOUT AT LEAST GETTING 10 POUNDS."

Sebenernya aku pengin teriak, YES FINALLY ADA YANG MENGAKUI KELANGSINGANKU.

Tapi aku cuma bisa...

*ngunyah pizza* "....Dank....e?"

Comments

  1. WOW Rani,Your Story always makes me laugh like crazy!!! Especially on this Chapter, when you had to do the maths in front of the class. Keep writing Ran!

    ReplyDelete
  2. Raniiiii kangen banget ihhh, ditunggu kelanjutan ceritanya yaaaaaa😙😘😚

    ReplyDelete
  3. Kalau bener #bahagiaitusederhana ada dan nyata, maka Milka adalah buktinya.

    Salam, returnee Eropa yang sakau Milka sejak 21 tahun yang lalu, terpenuhi setahun sekali aja udah bagus.

    ReplyDelete
  4. Kalau bener #bahagiaitusederhana ada dan nyata, maka Milka adalah buktinya.

    Salam, returnee Eropa yang sakau Milka sejak 21 tahun yang lalu, terpenuhi setahun sekali aja udah bagus.

    ReplyDelete
  5. Salpoksama nama siwon. Choi siwon suju?:( wkwk. Fantastic moment, bawain salju ya klo pulang:"v

    ReplyDelete
  6. Aku bener-bener ketawa keras baca bagian matematika itu😂 And I always love how you use capslock while writing something funny because that make it even funnier to read!

    ReplyDelete
  7. wah seru banget ka ceritanyaa, doain yaa ka semoga saya lulus test program exchange student nya binabud, dan bisa ngerasaiin "rinai salju basahin aku" ehh -.- rinai hujan. Omg first snow gimana yaa rasanyaa bikin penasaran, touchable gaayaa hehe

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Contact Me

About Me: The New Version

#1 Proses Novel "Inikah Rasanya Cinta"