Minggu Kedelapan di Jerman (AFS Indonesia - Jerman 2016/2017)

Minggu yang... I don't know. Full of peace?



1

Aku punya teman.

Teman sepermainaaaan.

Ah ah ah.

Ke mana ada dia selalu ada akuuuu.

Ah ah ah ah.

Wkwk. 

Serius, serius.

Jadi aku punya temen, namanya Fabi (bukan nama sebenarnya). Setiap jam istirahat, aku selalu nongkrong bareng dia (dan temen-temen lainnya), tapi aku nggak pernah ngomong sama dia. Kenapa? Karena dia itu... gimana ya... he is 'typical' German. Ngomong seperlunya, jarang senyum, dan selalu serius. 

Anyway, mukanya mirip John Lennon (tanpa jenggot).

I LOVE JOHN LENNON!

Ngeri, kan, ya?

Apalagi dia selalu pakai pakaan serbahitam, sahabatan sama temen punk-ku, DAN, kalau pergi ke sekolah, dia naik motor gede dengan kecepatan yang juga lumayan gede (sementara temen-temen lainnya naik sepeda). 

Sangar.

Kupikir aku nggak akan pernah ngomong sama dia... 

...tapi, beberapa hari yang lalu, aku satu bis sama dia pas pulang sekolah!

WADUH KUDU APA.

Pas papasan di dalam bis, aku coba senyum ke dia. Asli ini deg-degan banget. Kalau senyumku nggak dibalas, nggak kebayang, deh, malunya kayak apa. 

TAPI UNTUNGNYA DIBALAS (walaupun nggak niat).

Setelah itu, aku bingung pengin ngapain. Duduk di sampingnya dia (yang kebetulan kosong)? Atau duduk di kursi lain?

Karena masih agak ngeri (aneh banget, dah), akhirnya aku duduk di bagian belakang bis sendirian sementara dia duduk di barisan depan (sendirian juga). Selama bis jalan, aku ngelihatin dia terus sambil mikir: aku harus ngapain, nih? Pindah ke sebelahnya dia, terus coba ngajak ngobrol? There is possibility that we will be best friend someday.

Atau tetap di kursiku... and keep being a stranger to him?

.

Menurutku, nyari temen di sini itu nggak gampang. Butuh mental yang kuat. Alasannya? Banyak.

1) Kendala bahasa (and this is a f*ckin' real problem).
2) Mereka individualis. Banget. 
3) I have been never good at making friends. 

Tapi sampai kapan?

Sampai kapan temenku itu-itu aja?

Lagipula apa salahnya, sih, nyoba?

Dengan alasan 'nyoba', akhirnya aku nekat pindah ke sebelah dia dan nyapa, "Hallo."

EH DIKACANGIN.

SIAL.

Walaupun hati ini udah pengin banget naruh muka di tempat sampah, aku tetap nekat ngomong (dengan volume suara dikerasin), "Hallo? May I sit here, beside you?

ALHAMDULILLAH DIA NOLEH KE AKU, TERUS NGELEPAS EARPHONE. "Sorry?"

Oalah, lagi dengerin lagu. Pantesan bolot.

Aku ngulangin lagi, "Sorry for bothering, but may I sit here?"

"Ach so. Sure."

Setelah duduk di samping dia, bukan berarti masalah selesai. Aku masih harus ngajak dia ngobrol (and I really had no idea about what to talk). Apalagi dia, kelihatannya, pengin dengerin musik dari earphones. 

Tapi, di luar dugaan, dia malah nyimpen earphones-nya di saku mantel, terus ngajak aku ngobrol duluan, "Where do you want to go?"

"Südergellersen. And you?"

"Häckling. And blablabla..."

...

ASLI, AKU NGGAK NYANGKA. TERNYATA DIA LEBIH CEREWET DARI AKU! 

Dari pembicaraan selanjutnya, aku tahu banyak hal tentang dia. Dia kakak kelasku. Punya temen nge-motor bareng. Hari ini dia nggak naik motor karena rantai motornya rusak, dan dia malas bangun pagi. Dan lain-lain. Banyak, deh, pokoknya.

.

Nyari temen emang susah, huh? 

But it is always fine to try. 

2

Hari Jumat kemarin, aku nemenin host sister-ku belanja dress. Dia pengin datang ke sebuah pesta kantor yang lumayan penting, sementara dia nggak punya dress (dress baru, maksudnya. Dress lama mah banyak).

Sambil milih-milih dress, host sister-ku ngomong, "Ich möchte schick aussehen!" (aku pengin kelihatan fancy!)

Kubales, "Ja, natürlich. Ich kann dir helfen." (Ya, aku bisa bantuin kamu milih dress).

PADAHAL MAH KAGA. 

Selama di Jerman, aku ngerasa style fashion-ku nurun drastis. Aku cuma bawa empat baju dari Indonesia, itu pun nggak ada yang bisa dipamerin pas jalan-jalan karena semua orang waras pasti pakai mantel sama sweater yang itu-itu aja. Bikin kelihatan gendut, lagi. 

Fancy kagak, kayak roti mantau iya.



Mirip roti, kan (anyway: sumber: id.aliexpress.com)

Tapi, sebagai sister yang baik, aku tetep coba ngebantuin, dong. Aku ngasih saran-saran berguna seperti berikut ini (asik):
1) Dress yang itu terlalu mengembang.
2) Dress yang itu lebih ke sporty daripada elegant.
3) Warnanya nggak cocok di kulit kamu.
4) Agak gendutan, Sis. 

Dan lain-lain. Banyak, deh.

Eh, alih-alih ngerasa kebantu, host sister-ku malah bingung. Akhirnya, setelah setengah jam lebih keliling-keliling toko, dia ngambil nyaris semua dress yang dia pikir 'oke', terus dia cobain satu-satu di kamar ganti.

Gak apa-apa, sih.

Masalahnya, AKU YANG PEGEL NUNGGUIN. 

Seandainya semua selesai, oke, lah. Nggak apa-apa. EH TAPI...

Setelah semua dress selesai dicobain, host sister-ku keluar dari ruang ganti sambil ngomong, "Those dresses don't fit me. We should go to another store." (Semua dress itu nggak cocok di badanku. Kita harus lihat-lihat di toko lain).

*insert bunyi petir*

KU MENANGIIIIIIS
MEMBAYANGKAAAN
BETAPA KEJAMNYA DIRIMU ATAS DIRIKUUUU
(Hati yang Kau Sakiti - Rossa)

Dan, yak... penderitaan kembali dimulai di toko yang lain. Dan kali ini lebih parah, karena host sister-ku nyobain lebih dari sepuluh dress. Ada kali, sejam aku nungguin host sister-ku nyobain semuanya.

Dan, ujung-ujungnya, host sister-ku ngomong, "Those don't fit me too. I will buy the dress tomorrow." (Semua dress itu juga nggak cocok. Aku belinya besok aja, deh).

.
.
.
.

"............siap, Sis. Siap."

3

Agak mirip sama kejadian nemenin host sister belanja dress, kemarin, aku ngebantuin host mom-ku bebenah ruang keluarga. 

"Kita harus nyari suasana baru supaya nggak bosen," kata host mom-ku.

Aku, sih, iya-iya aja. "Siap."

Akhirnya aku bantuin bebenah, deh. Aku ngangkat-ngangkatin teve, ngedorong sofa yang besarnya minta ampun, mindahin semua kursi ke ruang sebelah, sampai mindahin tumpukan map dan buku dari lantai atas ke ruang keluarga. 

EH TAPI, PAS UDAH MEMBUANG-BUANG KERINGAT, TIBA-TIBA...

Host mom-ku ngomong, "Rani, ich glaube dass ich es nicht mag. Kannst du bitte mir wieder helfen?" (Rani, aku nggak suka sama tatanan ruang keluarga yang sekarang. Bisa bantuin pindah-pindah lagi, nggak?)

.....BUSET.

Akhirnya, aku ngulangin semua yang udah aku lakuin. Ngangkatin teve, ngedorongin sofa, mindahin semua kursi, dan mindahin tumpukan map. 

Capeknya double. 

DAN sialnya, pas udah selesai, ruang keluarga nggak ada bedanya dengan ruang keluarga semula.

Ada, deng. 

Sofanya jadi geser ke kanan lima senti.

Sambil duduk di karpet dan ngelap keringet, aku masang senyum ikhlas dan nanya ke host mother-ku, "Wie findest du? Soll ich dir mehr helfen?" (gimana? Ada yang harus dipindah-pindahin lagi? Ada yang harus aku bantuin lagi?)

"Ich finde das toll." (menurutku ruang keluarga yang sekarang udah keren).

"Ach so, okay."

Sakarepmu, lah, Mom.

KUKIRA PENDERITAAN UDAH SELESAI.

E TAPI...

Besoknya, pas baru selesai sarapan, host mother-ku nanya, "Rani, kannst du mir helfen?" (Rani, boleh tolong bantuin, nggak?)

"Genau! Du brauchst nicht fragen. Ich werde dir immer helfen!" (Boleh, lah! Nggak usah nanya, pasti bakal selalu aku bantuin).

"Oke," kata host mother-ku. "Kita harus bebenah ruang keluarga lagi."

"..."


4

Minggu ini, aku dan keluarga jalan-jalan ke Weihnachtsmakt Lüneburg (Pasar Natal Lüneburg)! 

Sori, belum mandi

Dan, karena udah masuk bulan Desember, aku dapat hadiah Advent Kalendar dari host mother! Advent Kalendar adalah dua puluh empat cokelat yang dimakan satu-satu setiap hari, sampai tanggal 24 (sebelum Natal). Tanggal satu, makan satu cokelat. Tanggal dua, makan satu lagi. Dan seterusnya. Unch, lucu!

I LOVE MY HOST MOM AND MILKA!!!!

5

Minggu ini, aku harus lapor diri ke Bürgerarmt Lüneburg. Aku nggak tahu Bürgerarmt itu apa, tapi aku tahu kalau Bürger artinya citizens (dalam Bahasa Jerman). Jadi, kayaknya, Bürgerarmt itu semacam kantor camat.

Awal-awalnya, aku santai.

Eh tapi, pas masuk ke ruangan Bürgerarmt dan ketemu salah satu petugas, aku jadi deg-degan! Petugasnya (1) mirip Minion, dan (2) galak banget! Pas host mother-ku pengin salam sama dia, dia nggak mau salam, coba. Sombong bat ampun.



Daripada salah ngomong, akhirnya aku diem-diem aja. Host mother-ku yang lebih banyak ngomong dan ngejelasin sesuatu pakai bahasa Jerman.

Sampai akhirnya, tiba-tiba dia nanya ke aku pakai bahasa Inggris, "What's your height?" (Tinggi kamu berapa?)

"E... e...."

Aku gagap, karena aku deg-degan. Rambutnya (yang nggak ada), kumisnya yang tebel, badannya yang agak gede, dan cara ngomongnya yang agak kasar bikin aku agak takut. Tapi aku tetep jawab, "E... I think... one thousand... and fifty seven... e... centimeter."

Tiba-tiba semuanya hening.

TERUS DIA KETAWA.

KETAWANYA KERAS BANGET, LAGI. MENGGELEGAR.

Terus host mother-ku, yang juga lagi nahan ketawa, ngomong, "You mean, one hundred fifty seven?"

OH IYA. 

ONE HUNDRED, BUKAN ONE THOUSAND. 

MASA TINGGIKU SERIBU SENTI.

6

A friend of mine, Jasmina, sent me this. 



And, for real, this is the sweetest text I've ever got. 


7

Hari Kamis kemarin, aku dikejar anjing. 

Gini ceritanya.

Jadi, hari Kamis, jam pelajaran pertama diliburin. Akhirnya aku berangkat ke sekolah lebih siang dari biasanya, dan pakai bis lain. Sendirian doang, karena anak-anak sekolah lainnya udah berangkat pagi-pagi. 

Nah, dari halte bis menuju ke sekolah, aku harus jalan kaki di trotoar yang diapit semak-semak panjang yang tinggi. 

Trotoarnya indah banget, deh. 

Tapi keindahan itu ilang waktu aku ngelihat seseorang (dari arah yang berlawanan) lagi jalan bareng tiga anjing sangar (lehernya diikat, sih, tapi tetep aja nyeremin). Rasanya kayak ngelihat Fluffy,  tahu gak, anjing berkepala tiga peliharaan Hagrid di Harry Potter.

sumber: weasleytintin.blogspot.com

WADUH. KUDU APA, NIH?

Aku pengin mundur, nggak bisa. 

Aku pengin ngehindar ke samping, ada semak-semak. 

Akhirnya, dengan sok berani, aku tetap jalan lurus sambil ngelihatin anjing-anjing itu. Kalau boleh jujur, firasatku buruk. Mata anjingnya yang berkilat-kilat bikin aku yakin kalau mereka bakal ngejar aku.

BENERAN, DONG.

Pas aku udah di samping mereka, tiba-tiba salah satu anjing pengin ngegigit sepatuku. 

Aku yang pemberani ini lari, lah.

EH SALAH SATU DARI MEREKA IKUT LARI.

DAN TIBA-TIBA SEMUANYA LARI.

Mbak-mbak yang megangin tali leher anjing itu sampai kesusahan nahan. Ngelihat dia narik tali, rasanya kayak ngelihat dia main tarik tambang. Dan akhirnya, supaya bener-bener selamat, aku lari ke satu-satunya tempat yang aman: semak.

Ya, aku nginjek semak.

Bukan perbuatan terpuji, sih (asik).

Tapi mau gimana lagi.

Comments

  1. I laughed about 3 times on this story (it means good).

    ReplyDelete
  2. Sumpah ya buah jatuh tak jauh dari pohonnya, antara host-sis sama host-mom Kak Rani sangat bikin geregetan tapi nggak bisa nahan ngakak juga😂 Dan itu wkwk kenapa bisa tinggi seribu senti astaga:))

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Contact Me

About Me: The New Version

#1 Proses Novel "Inikah Rasanya Cinta"